Sabtu, 06 Mei 2017

Cara Mawas Diri Dalam Bekerja

Tentu kita melakukan interaksi dengan orang lain, baik melalui komunikasi maupun tindakan. Namun pernahkah Anda merasa ketika telah mengatakan atau melakukan suatu hal, kemudian Anda berpikir bahwa apa yang telah Anda katakan dan lakukan tersebut merupakan suatu kesalahan dan keteledoran yang tidak semestinya Anda lakukan?

Misalnya saja Anda melakukan sesuatu ketika sedang dalam keadaan emosi, mengatakan suatu hal yang menyinggung perasaan orang lain, berkata buruk, menjelekkan orang lain, atau suatu hal lain lain yang keterlaluan atau tidak seharusnya dilakukan. Lebih parah lagi apabila tindakan atau perkataan tersebut berakibat memicu timbulnya sikap permusuhan, pertengkaran, dan bahkan perkelahian. Tentunya hal ini akan berdampak adanya rasa penyesalan pada diri Anda. Semua hal tersebut dapat dihindari jika Anda dapat menerapkan sikap mawas diri.

Mawas diri atau self awareness adalah sebuah sikap kehati-hatian terhadap segala jenis bentuk ucapan maupun tindakan yang akan dilakukan. Kata mawas diri memiliki persamaan kata, sinonim mawas diri adalah introspeksi, berkaca, dan bercermin. Selain sikap lebih berhati-hati dalam bertindak, mawas diri artinya adalah ketika seseorang bercermin terhadap semua tindakan yang dapat berakibat buruk atau menimbulkan adanya sebuah penyesalan di akhir. Menurut KBBI edisi 2 Balai Pustaka 1993, mawas diri adalah sebuah sikap melihat, yaitu dalam arti memeriksa, mengintrospeksi dan mengoreksi kesalahan diri sendiri secara terbuka dan jujur agar di kemudian hari tidak melakukan kesalahan yang sama.

Sikap mawas diri dilakukan sepenuhnya berdasarkan kemauan diri sendiri, secara sadar diri dan tanpa melalui pemaksaan dari orang lain maupun pihak manapun. Mawas diri adalah sebuah sikap cara membawa diri dengan cara mengatur emosi dan tindakan yang terkendali agar tidak menimbulkan efek negatif di kemudian hari dan tidak merugikan orang lain. Dalam menjalani hidup sehari-hari, pola dan kebiasaan hidup kita secara tidak langsung juga akan berdampak kepada orang lain. Jika kebiasaan tersebut berdampak, maka bukan tidak mungkin hal tersebut dapat merugikan orang lain. Maka dari itu, diperlukan sikap mawas diri agar dapat mengendalikan sikap, kata-kata, dan perbuatan kita. Sikap mawas diri merupakan naluri dasar manusia, dan hal tersebut dapat memberikan kedewasaan sikap terhadap perilaku seseorang.
ILUSTRASI MAWAS DIRI DALAM BEKERJA (SAMUEL/UCEO)

ILUSTRASI MAWAS DIRI DALAM BEKERJA (SAMUEL/UCEO)
MAWAS DIRI MENURUT PARA AHLI

Mawas diri merupakan suatu kemampuan dalam mengatur respons sosial di masyarakat. Sikap mawas diri dapat membantu seseorang menjalani perilaku agar dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan, kultur, serta kebiasaan orang lain yang diajak berkomunikasi. Para ahli juga telah mengemukakan definisi dari mawas diri. Beberapa tokoh tersebut antara lain adalah :
1. Menurut Damardjati Supadjar

Damardjati Supadjar adalah seorang pakar filsuf Jawa yang telah banyak memberikan kontribusi pemikiran, dan hasil pemikirannya ini telah banyak dituangkan ke dalam berbagai kajian ilmu dan media massa seperti bentuk tafsir Jawa, Ketuhanan, serta Pancasila. Salah satu bentuk pemikirannya tertuang dalam sebuah buku berjudul Mawas Diri. Menurut Damardjati, manusia perlu untuk menggugah sikap mawas diri dan mengartikan makna hidup agar dapat mengoreksi diri demi menghadapi berbagai situasi mengkhawatirkan yang terjadi dalam masyarakat.
2. Menurut Stephen Covey

Covey pernah menulis sebuah buku yang berjudul First Things First. Di dalam buku tersebut terdapat penjelasan empat sisi potensial yang harus dimiliki manusia agar bisa maju. Salah satunya adalah sikap mawas diri atau self awareness.
3. Menurut Marbangun Hardjowirogo

Mawas diri adalah sikap melihat kembali kepada diri masing-masing atau dalam secara psikologis disebut sebagai introspeksi diri. Introspeksi ini adalah sikap meninjau kembali kepada hati nurani untuk melihat kesalahan maupun kebaikan yang telah dilakukan. Baik dan buruk suatu tindakan, hanya dapat dinilai dari lubuk sanubari seseorang. Berawal dari sanalah, akan muncul sikap dan tanggung jawab terhadap perbuatan yang telah dilakukan.
4. Menurut Ki Ageng Suryamentaram

Beliau adalah seorang filsuf Jawa di awal abad 20an. Menurut filsafat Jawa, mawas diri adalah ketika manusia terpengaruh dari pengalaman masa lalu, sehingga berakibat melakukan tindakan yang tidak baik dan tidak dipikirkan terlebih dahulu / terlalu tergesa-gesa bertindak. Hal ini disebut sebagai kramadangsa, yakni sifat egois seseorang yang hanya mementingkan kepentingan bagi dirinya sendiri. Sehingga apabila keinginannnya tidak terpenuhi, maka bisa saja seseorang tersebut bertindak buruk dan dapat merugikan orang lain. Menurut Suryamentaram, setiap orang pasti memiliki sifat kramadangsa  ini di dalam dirinya, sehingga harus terus dilakukan pengawasan dan kontrol diri agar tidak menguasai pikiran secara dominan.
5. Menurut Immanuel Kant

Filsuf dari Jerman ini menyebut sikap mawas diri sebagai kesadaran diri transendental atau dalam bahasa Jerman adalah transzendentales selbstbewusstsein. Yang dimaksud dengan kesadaran transendental yaitu berhubungan dengan hal-hal yang bersifat metafisika dan epistimologi, bukan suatu hal yang dapat diukur dan dijelaskan secara ilmiah. Menurut filsuf-filsuf Jerman, kesadaran diri merupakan bagian dari sikap mawas diri. 
MANFAAT MAWAS DIRI

Memiliki sikap mawas diri adalah hal yang sangat menguntungkan dan bermanfaat, baik bagi diri sendiri maupun untuk orang lain. Salah satu contoh hikmah mawas diri adalah dapat mengurangi sifat sembrono dalam bertindak, sehingga akan meminimalisir timbulnya penyesalan di kemudian hari. Sikap mawas diri mengajarkan untuk lebih berhati-hati dalam bertindak dan bertutur kata. Seseorang yang mawas diri akan memiliki lebih banyak sisi kebijaksanaan dan kedewasaan diri yang tinggi dalam dirinya.

Tanpa mawas diri kita akan melakukan banyak hal yang tentunya akan banyak merugikan orang lain dan berakibat penyesalan bagi diri sendiri. Ketika tidak mawas diri dan terlanjur melakukan suatu hal yang buruk, kita akan merasa telah membuang waktu dan energi untuk hal yang sia-sia atau kurang bermanfaat. Terlebih lagi, orang yang kurang memiliki sikap mawas diri, akan kehilangan kontrol atas dirinya sendiri dan tidak sadar telah melakukan sebuah kesalahan. Dengan sikap mawas diri, tentunya kita akan lebih hati-hati dalam bertindak dan menetapkan sebuah keputusan, sebelum benar-benar melangkah dan mengambil tindakan tersebut. Semua hal dipikirkan dengan matang dan baik dengan menimbang manfaat positif serta negatifnya.
FAKTOR MAWAS DIRI

Seseorang yang memiliki sikap mawas diri memiliki beberapa ciri yang bisa dilihat, salah satunya adalah ketekunan. Sifat tekun adalah sifat yang selalu fokus dan telaten terhadap suatu hal, misalnya saja adalah hobi, maupun pekerjaan. Sifat tekun bisa diperoleh dari sifat naluri alami manusia karena bawaan dari lahir, maupun diperoleh dengan cara kebiasaan karena diterapkan dalam kehidupan sehari-hari secara terus-menerus. Sikap mawas diri membawa pengaruh yang baik terhadap diri sendiri.

Salah satu ciri lain bagi seseorang yang memiliki sikap mawas diri adalah motivasi. Seseorang yang memiliki motivasi tinggi, tentu memiliki kemauan yang keras dan teguh pendirian terhadap sebuah keinginan maupun tujuan. Motivasi ini akan membawa seseorang untuk selalu fokus terhadap segala sesuatu hal yang dilakukannya. Akibatnya adalah orang tersebut akan lebih hati-hati dalam bertindak, serta selalu menerapkan sikap mawas diri.
MAWAS DIRI DALAM BEKERJA

Di dalam konteks pekerjaan, tentu saja sikap mawas diri sangat diperlukan. Mawas diri dalam bekerja dapat diterapkan di berbagai situasi dan kondisi dalam pekerjaan. Salah satu penerapan contoh mawas diri adalah tidak tergesa-gesa mengambil keputusan. Seseorang yang mawas diri tentu akan memikirkan dan mempertimbangkan kembali keputusan-keputusan yang akan diambil oleh perusahaan. Karena nantinya keputusan tersebut tidak hanya akan berdampak bagi diri sendiri, namun menyangkut seluruh karyawan dan perusahaan tersebut.

Mawas diri merupakan wujud nyata dari perilaku kerja prestatif. Artinya seseorang yang mawas diri dalam bekerja, memiliki keinginan untuk terus maju. Mengutamakan kerja mawas diri dari rasa emosional, memiliki komitmen dan dedikasi tinggi terhadap pekerjaan, serta selalu fokus terhadap tujuan dan pencapaian bisnis perusahaan. Tipe kerja mawas diri dari rasa emosional adalah seseorang yang bekerja dengan tidak terpengaruh dengan emosi pribadi yang sedang dialami. Seseorang yang mawas diri dapat membedakan urusan pribadi dan kepentingan pekerjaan, selain itu cara pemecahannya adalah dengan cara memikirkan masalah secara rasional dan tidak emosional. Penerapan sikap mawas diri yang dimiliki oleh karyawan suatu perusahaan dapat dilakukan melalui sebuah survey. Survey mawas diri adalah sebuah bentuk atau cara pengenalan, pengumpulan, serta mengkaji sebuah masalah untuk menumbuhkan kesadaran dan kemauan sikap mawas diri bagi para karyawan di sebuah perusahaan.
TIPS MAWAS DIRI

Demi menumbuhkan kebiasaan mawas diri dan membangun budaya mawas diri dalam diri masing-masing individu, diperlukan adanya sebuah refleksi diri. Artinya adalah, setiap individu perlu untuk melihat kedalam diri masing-masing untuk melakukan introspeksi diri. Apakah yang selama ini dilakukan telah benar, dan tidak menimbulkan masalah serta kerugian bagi orang lain ataukah sebaliknya. Jika sebaliknya, maka sikap mawas diri perlu ditingkatkan kembali. Dengan terbiasa bersikap mawas diri, seseorang akan cenderung meminimalisir kerugian-kerugian yang mungkin saja bisa ditimbulkan.

Sumber: ciputrauceo

0 komentar:

Posting Komentar